Barang Antik di semarang

Jual Koleksi Barang Antik Cina, Barang Antik jaman kolonial Belanda, Barang Djadoel ( Djaman Doeloe ) di Semarang Jawa Tengah

Senin, 09 Juli 2012

Nampan Reklame Rokok M. NITISEMITO Cap Bal Tiga Koewasa M. KARMAIN Koedoes Antik Jaman Kolonial





***
Sedikit cerita tentang M. NITISEMITO
Nitisemito menjadi legenda saja dalam sejarah kretek di Kudus. Nitisemito tampil sebagai pengusaha kretek sukses diawal industrialisasi kretek. Penikmat kretek masa kini lebih kenal Dji Sam Soe dari pada Bal Tiga yang pernah Jaya itu. Nitisemito, kalau boleh dibilang dialah konglomerat kretek di awal sejarah komersialisasi di Kudus bahkan di nusantara. 
 
Nitisemito tidak meneruskan jejak ayahnya menjadi kepala desa, dia lebih memilih menjadi seorang wirausaha. Di usianya yang ke 17, dia merantau ke Malang (Jawa Timur) bekerja sebagai buruh jahit pakaian. Perlahan Nitisemito menjadi pengusaha konveksi yang sedang berkembang walau hanya sementara. Usaha konveksinya ini bangkrut karena dililit hutang. Lepas menjadi pengusaha konveksi, Nitisemito pun pulang kampung dan berdagang kerbau dan memproduksi minyak kelapa, usaha ini juga gagal. Akhirnya dia kembali ke bawah lagi, kali ini menjadi kusir dokar. Walau begitu, jiwa dagang-nya masih mengalir dalam tubuhnya, di samping mencari nafkah dengan menjadi kusir, Nitisemito juga menjajakan tembakau.

Perlahan tapi pasti usaha rokok itupun maju pesat. Awalnya, Nitisemito memberi label rokoknya “Rokok Tjap Kodok Mangan Ulo” (Jawa: Rokok cap Kodok makan ular), karena label itu menjadi bahan tertawaan dan tidak membawa hoki, Nitisemito lalu menggantinya dengan nama Tjap Bulatan Tiga. Karena kotak pembungkus rokok ini bergambar bulatan mirip bola, merek ini lebih dikenal pasar sebagai Bal Tiga. Merek Bal Tiga ini akhirnya menjadi merek resmi rokok produksi Nitisemito, akhirnya rokok ini diberi nama: Tjap Bal Tiga H.M. Nitisemito. Secara resmi Bal Tiga lahir pada tahun 1914 di desa Jati, Kudus.

Setelah usaha rokoknya berjalan sepuluh tahun, Nitisemito berhasil mendirikan pabrik diatas lahan 6 hektar di desa jati. Saat itu, di Kudus sudah beroperasi 12 pabrik rokok yang terbilang besar untuk ukuran masa itu, diantaranya milik M. Atmowidjojo (merek Goenoeng Kedoe) H.M. Muslich (merek Delima), Haji Ali Asikin (merek Djangkar) dan Tjoa kang Hay (merek Trio), M. Sirin (merek Garbis & Manggis). Disamping yang besar, terdapat 6 pabrik rokok kelas-kelas gurem di Kudus waktu itu. Ditahun 1938, Nitisemito telah membawahi 10.000 buruh rokok dengan produksi rokok 10.000.000 batang perhari. Usaha Nitisemito semakin besar dan uang yang masuk semakin deras, untuk lebih mudah mengontrol keuangan, Nitisemito memperkerjakan tenaga pembukuan asal Belanda, orang kulit putih. Ironis untuk zaman itu, seorang pribumi mampu memperkerjakan orang Belanda. Biasanya orang pribumi bekerja pada orang-orang Belanda.

Nitisemito berusaha agar usaha rokoknya abadi untuk anak cucunya. Kaderisasi pewaris usaha diadakan dengan mengambil salah satu pegawai terpandainya untuk masuk dalam keluarganya. Nitisemito melihat bakat wiraswasta pada diri M. Karmain. Putri kedua Nitisemito lalu dinikahkan dengan Karmain. Nitisemito yang akan pensiun pelan-pelan dari usahanya itu mengangkat Karmain sebagai Menejer pabrik rokok Bal Tiga-nya. Begitu semangatnya, Nitisemito juga menyertakan nama Karmain dalam rokok Bal Tiga-nya.

Perjalanan usaha pribumi macam Bal Tiga Nitisemito tidak tanpa badai. Persaingan antar pengusaha, khususnya pengusaha pribumi dengan pengusaha Tionghoa dalam industri rokok berujung pada sebuah konflik dan huru-hara 31 Oktober 1918, yang berbentuk pada tindakan pengerusakan dan pembakaran pabrik rokok kretek, beberapa pengusaha rokok lalu diseret ke pengadilan dan dipenjara. Kerusuhan itu mengakibatkan kemunduran beberapa industri rokok kretek termasuk Bal Tiga.

Ada fitnah yang menyeret Karmain dalam kasus penggelapan pajak. Tuduhan penggelapan pajak tidak pernah terbukti dan Karmain terbebas dari tuduhan itu. kendati bebas dan tidak bersalah, hal ini telah membuat Karmain jatuh sakit lalu meninggal. Nitisemito dilanda kemalangan dalam hal ini karena tidak hanya kehilangan pegawai terbaiknya, menantunya saja, tetapi juga pewaris tahta industri kreteknya: Karmain. Padahal saat itu Nitisemito sudah separuh mundur dalam pengelolaan usaha yang dirintisnya dari bawah. Sang perintis, Nitisemito, akhirnya kembali turun dalam industri kreteknya, disaat dia harus pensiun. Ini bukan hal mudah kendati Nitisemito sangat berpengalaman, kondisinya yang semakin tua nyaris tidak mungkin menjalankan usaha kreteknya yang telah banyak tersaingi kretek lainnya.

Kesuksesan Bal Tiga juga tidak berlangsung lama. Disinyalir muncul konflik internal keluarga; siapa yang akan menggantikan Nitisemito yang semakin tua dalam menjalankan perusahaan rokok itu. Munculnya merek baru masam Minak Djinggo milik Kho Djie Siong, disinyalir semakin mempercepat tenggelamnya Bal Tiga ditahun 1930. Sebelumnya Kho Djie Siong pernah bekerja pada industri rokok Nitisemito. Rupanya masa kejayaan Bal Tiga hanya menjadi prolog dalam sejarah industri kretek saja. Impian Nitisemito untuk meneruskan kejayaan Bal Tiga-nya telah gagal. Bal Tiga malah berakhir sebelum hidup Nitisemito sendiri berakhir diawal dekade 1950an. 

Sumber artikel: petrikmatanasi.blogspot.com 

2 komentar:

  1. saya punya Poci kuno bergambar Rokok m.nitisemito/3 bal.minat hbngi denny ; 085729323866 / 081229888927

    BalasHapus